Pages

coffee and milk

here's the story.
he takes the milk and i take the coffee.



coffee used to wake you up all day and milk would have put you into a nice sleep.

we're both different, we dont need to make it the same.
if this coffee and milk should've need to be blend in the same glass now, it wouldn't probably be the best decision.

i thought i really need a coffee-booster to help me awake since we drop by this coffee shop named Coffee War in Kemang just before we came to our first Java Jazz Festival. he wanted to have a glass of pure milk since he loved to have his stomach full to earn more energy to sing along the night.



we have a different way to keep us enjoy our concert that night. even we walk in the different ways of choosing our evening companion, we still wondered to come into the same destination, a great concert night, together.

this coffee was perfect, it's mandailing. and it brought me a perfect evening since i came to a very warm private coffee shop with only 2 bartenders and another customer so we can talk more about us being separated for some months.

this milk he had chosen, was the same, perfect. Jakarta was cloudy that afternoon. and it could have just warmth our togetherness between laughs and bunch of missed time.

i could tell you a story, about two glasses with foam, in a different colors, but they did great in their own way.
i could tell you a story, about how these glasses gave us more than a satisfactory evening chat companion.
i could tell you a story, about a glass of fresh milk and another glass of black coffee.

maybe we just don't need to blend it now, maybe they're just too great on its own.....

episode dekoffie-pot

bulan desember akhir tahun 2009 lalu, saya sempat mampir ke jakarta untuk menghadiri pernikahan sepupu saya yang centil, mas Yudhi. bepergian sekeluarga membuat jadwal begitu padat. tak apa, jarang juga bisa anjangsana ke banyak keluarga. satu siang terakhir sebelum kembali, pacar saya mengajak escaping keluar jakarta sejenak. dengan bersepeda motor sedari pagi, kami berkeliling dan akhirnya menuju bogor. ya, bogor. kenapa bogor? entahlah, sedari dulu saya dan pacar ngidam sekali punya rumah di bogor nanti. suasana kota yang tenang dan dingin membuat kami, orang-orang yang biasa tinggal di gerahnya surabaya, jadi tergiur.

setelah lelah berputar-putar, mencicipi soto mie di pinggir jalan yang sedap, pacar sayapun mengajak mampir ke pusat kota bogor, ke sebuah coffee shop cantik di dekat kebun raya bogor.

dekoffie pot

nama yang diambil dari bahasa belanda ini memang sudah cukup menarik perhatian saya untuk singgah - tentunya ditambah dengan promosi pacar yang sudah pernah mampir sekali kemari dan sangat berapi-api untuk mengajak saya juga melihat tempat ini.

dan, waw, serasa di satu tempat di luar indonesia (meski saya belum pernah keluar indonesia). suasana kafe yang sejuk dan menyenangkan, bar yang cantik dari kayu dan sofa-sofa empuk dengan suksesnya membuat saya jatuh cinta.

dan saya pun akhirnya memesan.

pilihan saya jatuh pada blackforrest cafe latte.



rasanya? hmmm, perfecto! serius! semuanya terasa pas. tahu kan, rasa blackforrest yang lezat itu, rasanya masih melekat dengan sempurna meski sudah bercampur dengan kopi. tidak ada yang merusuhi, saling melengkapi malah. serbuk cokelat dan whipped cream yang jadi toppingnya pun makin menambah rasa mantap di kopi ini. gimana ya, saya bingung menggambarkannya.

buat saya, siang itu benar-benar sempurna. secangkir kopi yang enak, sofa cokelat menawan yang empuk dan pacar yang ada di sebelah saya setelah lama tak bersua. tahu kan kenapa semua begitu sempurna buat saya? :D

secangkir kopi sexist

kenapa judulnya kopi sexist? yah karena begitu saya pesan kopi yang satu ini, si mas penjual langsung nanya, "Mba, ini kopi buat mba atau mas nya?". saya berpikir keras lalu bertanya balik, "Emang kenapa mas?" dan si mas menjawab, "Ya mba lebih baik pesen teh telur ketimbang kopi telur. kalau kopi telur bagusnya buat mas nya."

alhasil dengan sedikit memaksa, akhirnya si mas penjual pun memperbolehkan saya memesan kopi telur di kedai kopi medan yang ada di foodcourt Cito ini. dan masih dengan tatapan mbaknya-serius-mau-minum-kopi-telur-ini, akhirnya dia membuatkan saya juga satu gelas kopi telur.



atas dasar penasaran rasanya dan "larangan" mas penjual tadi, saya pun akhirnya mencoba kopi ini. disajikan hangat, si mas menjamin kalau kopi ini tidak akan amis.

dan benar! kopinya nggak amis sama sekali. yang ada cuma rasa kopi yang tidak terlalu kuat (karena saya memesan dengan level sedang, bukan kuat) plus gurih yang ditimbulkan oleh telur tadi.

overal? enak. entah apa gunanya sampai si mas ini menerapkan prinsip gender bagi peminum kopi telur ini. yah saya cuma bisa berharap saya tidak akan tumbuh jakun setelah minum kopi ini nanti.

nge teh ala turki

nge teh sore-sore sambil ngobrol pasti ga ada tandingannya. beberapa hari yang lalu, seorang sahabat saya, Lusy, singgah ke kantor. sudah lama kami tak berjumpa. karena banyak sekali cerita yang ingin kami bagi berdua, kami pun berpindah spot ke sebuah cafe milik PTPN 12 yang ada di Cito. Rollaas Cafe namanya.

nah, kalau sudah sampai disini, satu hal yang benar-benar tak bisa saya luputkan adalah mencicipi Turkish Delight Tea nya yang panas dan harum. teh beraroma mawar ini benar-benar memberi satu efek yang menenangkan ketika harumnya tercium saat teh dituang di cangkirnya yang lucu.



saya bukan penggemar teh pahit. makanya, saya lebih suka menambah porsi gula pada teh ini dan menurut saya, aroma mawar dan gula makin kuat ketika berjumpa. manis dan sejuk.

terakhir saya kemari, mas Anton, manager dari cafe ini, "memaksa" saya untuk mencoba variant teh lainnya, karena stok Turkish Delight Tea mereka kebetulan sedang habis. mas Anton menawarkan satu menu baru pada saya, White Tea. aromanya juga sedap sekali. memang tempat ini rajanya teh nikmat. namun, lagi-lagi saya harus minta maaf, karena saya tetap jatuh cinta dan tergila-gila pada Turkish Delight Tea. jadi, saran saya, kalau Anda ada yang berkunjung kemari, coba dulu teh mawar turki ini. i bet you won't regret any second you enjoy the hot tea.